Jakarta, 20 Juli 2025 – Dalam dunia musik Indonesia yang penuh dengan polesan komersial dan suara yang sering seragam, muncul seorang seniman independen yang membawa warna baru: Esa Anggit Alexandria. Melangkah dari studio kamar yang sunyi ke panggung digital yang ramai, Esa membawa lagu-lagu yang bukan hanya untuk ditonton atau didengar, tapi untuk dirasakan dan direnungkan.
Dengan gaya musikal yang unik—menggabungkan hip-hop lirikal, trap melankolis, gothic metal yang atmosferik, hingga EDM eksperimental—Esa menjadi simbol baru dari musik jujur, musik yang lahir dari luka, pencarian, dan perlawanan.
PROFIL ARTIS
Informasi |
Detail |
Nama Lengkap |
Esa Anggit Alexandria |
Asal |
Jakarta, Indonesia |
Profesi |
DJ, Rapper, Komposer, Penulis Lagu, Produser |
Genre |
Hip-Hop, Trap, EDM, Gothic Metal, Indie Eksperimental |
Tahun Aktif |
2023 รข€“ sekarang |
Platform Utama |
SoundCloud, TikTok, YouTube, Spotify, Amazon Music |
Label |
Independen |
Akun Sosial |
TikTok & Instagram: @esa_anggit / YouTube: Esa Anggit Alexandria |
๐ง
PERJALANAN MUSIK ESA
Perjalanan musik Esa dimulai secara mandiri, tanpa label besar atau sponsor komersial. Lagu pertamanya yang berjudul “Lakon” dirilis di Amazon Music pada 2024. Lagu ini mengenalkan ciri khas Esa: lirik eksistensial, suasana dalam, dan penulisan yang lebih menyerupai puisi modern daripada lagu pop biasa.
Lalu, tahun 2025, Esa mulai merilis karya secara konsisten dengan identitas kuat. Di antaranya:
- “Warnet Flow” – hip-hop nostalgik tentang masa kecil dan kehidupan internet di warnet.
- “Samar” – lagu dengan beat trap gelap dan lirik tentang dunia yang penuh kepalsuan.
- “Darkness” – kolaborasi gothic metal dan rap yang menggambarkan keputusasaan dalam sunyi.
- “Saat Tuhan Diam” – single spiritual yang mempertanyakan diamnya langit di tengah badai hidup.
Semua karya ini bukan hanya eksplorasi musik, tapi juga perjalanan emosional yang mengajak pendengar menyelami tema kehidupan, trauma, hingga keteguhan hati.
๐ง
GAYA & INSPIRASI
Musik Esa sangat kuat dalam narasi. Ia dikenal dengan penggunaan metafora tajam, citraan gelap, dan struktur lirik yang seperti jurnal pribadi bercampur filosofi urban. Ia banyak terinspirasi dari:
- Suasana kota malam
- Spiritualitas dan pencarian makna hidup
- Kehidupan sehari-hari kelas pekerja
- Hubungan manusia dengan waktu, kesendirian, dan ketakutan
Banyak pendengarnya menggambarkan karya Esa sebagai “puisi jalanan yang diberi beat”, dan “lagu dari dalam hati, bukan dari luar kepala.”
๐ถ
DISKOGRAFI PILIHAN
Tahun |
Judul |
Genre |
Platform |
2024 |
Lakon |
Indie Hip-Hop |
Amazon Music |
2024 |
Darkness |
Gothic Metal x Rap |
YouTube |
2025 |
Warnet Flow |
Old School Hip-Hop |
SoundCloud |
2025 |
Samar |
Trap x Poetry Rap |
SoundCloud & TikTok |
2025 |
Saat Tuhan Diam |
Gothic Trap |
YouTube |
2025 |
Yang Mulia |
Conscious Rap |
Spotify |
2025 |
A Killer Escape |
Eksperimental Hip-Hop |
Spotify |
2025 |
Eternal Abyss of Betrayal |
Metal Rap |
|
๐ฌ
KATA ESA
“Aku tidak ingin viral. Aku ingin lagu-laguku menjadi ruang pulang bagi jiwa yang lelah.” – Esa Anggit Alexandria
Selain musisi, Esa juga dikenal sebagai pribadi yang sangat terhubung dengan keluarga dan kehidupan sederhana. Ia kerap membagikan momen seperti menyeduh kopi pagi, merayakan ulang tahun pernikahan, atau sekadar mencurahkan perasaan lewat caption puitis di TikTok dan Facebook.
๐ฎ
LANGKAH KE DEPAN
Esa berencana merilis album penuh bertema “kesendirian, keberanian, dan kebangkitan”. Selain itu, ia tengah menyusun proyek visual kolaboratif berupa video musik sinematik dengan nuansa cyberpunk dan noir, serta kemungkinan tur mini akustik ke komunitas kreatif lokal.
Ia juga terbuka untuk kolaborasi dengan produser visual, animator, atau musisi lain yang punya semangat independen dan narasi kuat.
๐
KESIMPULAN
Esa Anggit Alexandria adalah potret baru dari musisi generasi urban—yang tak hanya menciptakan lagu, tapi juga menciptakan ruang untuk memahami hidup. Ia tidak menjanjikan lagu yang mudah dicerna, tapi ia menawarkan lagu yang bisa menyelamatkan orang-orang yang merasa sendiri.
Jika kamu belum mendengarnya, cobalah mulai dari “Samar”, lalu lanjut ke “Warnet Flow” atau “Saat Tuhan Diam”. Dengarkan bukan hanya dengan telinga—tapi dengan hati.
0 Response to "Dari Kamar Sunyi ke Panggung Digital: Perjalanan Musik Esa Anggit Alexandria"
Posting Komentar